MEMORI-MEMORI BERSAMA POLISI
[PART BEGIN]
Mau Bulan Puasa euy..! Jadi inget beberapa kejadian-kejadian yang lalu…
“Siang, Pak..!” atau “Sore, Pak..!”
Itu kata-kata khas saat Pak Polisi menghampiri pengendara kendaraan bermotor. Selanjutnya tau sendiri lah.. khas banget! Kendaraan roda dua? Wuah, rentan banget tuh kenanya..! Ssst.. ada beberapa pasang mata yang mengintai di pos-pos terdekat.. I WATCHING YOU!!
Hati-hati ya jangan sampai lupa bawa kelengkapan surat kendaraan meliputi SIM, STNK, kalo bisa bawa sekalian BPKBnya jangan di-gade-in mulu tuh BPKB..! Jangan lupa pake safety, seperti helmet, gogle (eh, gogle? Emang di pabrik-pabrik pake helmet plus gogle..?), soalnya bakalan runyam deh nantinya.
Masyarakat yang melanggar peraturan sama gak sih dengan pejabat, eh, penjahat? Kalo petugas (Pak Polisi, red) yang melanggar aturan apakah penjilat, eh salah lagi, maksudnya; penjahat? Emang penjahat itu apaan? Terus kalo pelanggar itu gimana sih? Apa bedanya penjahat sama pelanggar? Udahan ah, udahan..! (Mudah-mudahan ada yang menanggapi tulisan ini).
Mengenang. Yap, mengenang. Itung-itung kemarin baru memperingati hari kemerdekaan. Siapa tau ada Bapak-bapak Polisi yang secara gak sengaja mau membaca ini. Maaf ya Pak..! saya jangan diteror atau dipenjara apalagi sampai kena permak karena menulis ini, terima kasih atas kerjasamanya.. Tulisan ini hanya mengenang kembali beberapa kejadian yang saya alami baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga ada hikmahnya.
Kena Gep.
Sekitar tahun 2002, ada temen saya—orang Ciomas—yang ditangkap polisi. Gara-gara ngegelapin barang perusahaan tempat dia bekerja. Tidak ketangkep basah sih, tapi dari hasil usut punya usut dan juga tanpa barbuk (barang bukti). Sebut saja namanya Ali.
Berawal dari Isteri Si Supir truk—yang bertugas mengangkut barang—membocorkan rahasia suaminya entah karena faktor apa. Yang akhirnya mengakibatkan Si Supir truk masuk bui. Si Supir dipaksa nyanyi oleh polisi. Akhirnya, benangkusut itu agak terurai memanjang. Si Otak ketangkep dan dipaksa nyanyi juga. Yang namanya dipaksa, ya akhirnya bocor juga, maka dari itulah Ali kena, karena dia tuh hapal urusan jadwal dan gudang.
Anehnya, dia tuh lagi kerja, dipanggil satpam, oleh pihak perusahaan dia dibawa ke Polsek Curug, Tanggerang. Hari pertama di Polsek Curug dia masih bebas, mungkin karena ada yang nganter. Pertanyaan-pertanyaan masih ringan, mungkin statusnya baru sebagai saksi, bahkan masih boleh makan di luar dan tidak dijaga. Tapi di hari kedua, mulailah interogasi yang.. begitulah.. (gak sopan jika ditulis di sini).
Saya tahu cerita tersebut dari abang saya dan beberapa temen kerjanya yang mampir ke kostan saya di Cilegon, saat pulang dari ngebesuk beberapa hari setelah Ali ditahan. Barang besukan tidak bisa langsung dikasih, paling banter hanya bisa nitip duit, lotion anti nyamuk gak boleh dikasih, malah akhirnya dibawa pulang lagi oleh abang saya dan diberikan ke saya. Alhamdulillah, sampai saya buat tulisan inipun lotion itu gak saya pakai (takut merusak kulit).
Kenapa saya sebut aneh (paragraph keempat), karena saya gak tahu gimana koordinasi antara Kepolisian Curug dengan Kepolisian tempat saya tinggal—di bawah Resort Kepolisian Serang. Karena temen saya, Ali, malah diproses dan mondok di sana, bukan di daerah tempat perusahaan itu berada—Serang.
Beberapa hari sebelum Lebaran Ali dibebaskan karena ditebus, sekali lagi; ditebus! Akhirnya kami bisa ngobrol lagi dan dia cerita tentang pengalaman dia saat dipermak.
Mundur satu tahun kebelakangnya, tahun 2001, masih mau bulan Puasa juga, dan masih teman sekampung saya, sebut saja Burhan. Dia kena jaring polisi anti bandit gara-gara nongkrong di Kebon Jahe, lagi nyari calon penumpang, nemenin temennya narik, trayek Serang-Ciomas. Apesnya, Burhan bawa golok, jadi disangka bandit. Akhirnya keluarganya kelimpungan.
Beberapa hari sebelum Lebaran dia dibebaskan. Itupun dengan ditebus! Ketika lagi ngumpul-ngumpul bareng sehabis dibebaskan, diapun cerita tentang acara permak-permakan.
SKKB, pengganti kertas sama tintanya mahal b.g.t!
Kemudian, kira-kira saat saya semester dua, saya pernah mengunjungi Mabes Polres Serang untuk membuat dua Surat Keterangan Kelakuan Baik. Satu untuk kuliah, satu untuk nyari kerja. Alhamdulillah, sampai sekarang gak saya gunakan satu lembarpun. Menghabiskan uang yang lumayan, Rp. 40000 lebih, yang waktu itu masih bernilai lumayan karena BBM belum semahalsekarang.
Teknis pembuatannya adalah, pertama daftar: bayar, sidik jari: bayar. Setelah jadi, SKKB (Surat Keterangan Kelakuan Baik) tersebut di fotocopy (pasti bayar!), terus dilegalisir, bayar lagi tuh! Untuk legalisasi ini saya sempet gak mau bayar, masa tiap departemen harus bayar? Setelah fotocopyan distempel dan ditandatangani, saya bilang, “makasi Pak..” dan langsung beranjak pergi, tapi Pak Polisi tukang legalisir bilang, ”De, mohon administrasinya..” saya jawab saja sekenanya, “berapa?” Disana ada beberapa orang yang juga mau melegalisir. “Seikhlasnya aja..!” Bapak Polisi itu menjawab entah malu-malu, entah kesel. Ih, seperti pengumpul sedekah di jalanan saja ya, atau kayak peminta-minta, atau kayak pengamen! Entahlah, yang penting mereka berseragam!
Tapi akhirnya saya ngasih juga, setelah sekilas saya tersenyum mengejek, “ini Pak! Uang saya tinggal segini lagi..” Saya ngasih sekitar Rp. 1500-an, lupa. Saya ngasih tuh karena kepaksa, karena ada seorang cewek yang sama-sama melegalisir, dia ngasih uang kurang-lebih Rp. 3000. Mauan ya??
Klau ada 10 orang dalam sehari,berarti kurang-lebih terkumpul Rp. 30000, kali satu bulan 30 hari. Tapi, biasanya satu hari mungkin bisa lebih dari 10 orang tuh yang melegalisir, Serang kan warganya banyak. Terus duit administrasinya dipake apa ya?? Saya pernah membaca sekilas, di Polsek-polsek biasanya ada bacaan pelayanan masyarakat! Oh, begini yang disebut pelayan masyarakat?
Kadang saya bersyukur, saya ini mahasiswa. Untuk apa saya sampai tingkat ini? Kalau saya seperti kerbau dicucukhidungnya. Manut, nunut, tanpa tahu alasan kenapa..!
Ingin rasanya waktu itu saya berkata begini,
“Maaf Pak! Saya belum juga dapet kerja, tapi sudah harus bayar administrasi yang gak jelas! Kasihan orangtua saya dong Pak! Bapak kan sudah punya gaji yang semestinya, kenapa harus mencontohkan tingkah laku premanisme? Tak malu kah?”
“Kalau saya gak ngasih, Bapak gak marah kan? Saya tidak dihukum, dimasukkin ke penjara, atau dipermak kan? Kalau boleh tahu, apakah ada SK, atau peraturan tentang ini? Gimana kalau saya sudah dapet gaji pertama, baru saya kasih? Setujukah?” Tapi saya tak mampu, mungkin saya hanya mampu mengutarakannya lewat tulisan ini.
Dua Kali Kecurian Motor
Saya jadi inget pada nasib abang saya yang sudah dua kali kehilangan motor. Yang pertama, beberapa tahun lalu, motor RX King, saat masih marak curanmor. Yang kedua, baru kurang-lebih satu bulan ngredit dari dealer, pas jumat (malam), tanggal 090905 diembat maling..! Padahal, curanmor sudah reda, motor bolong sudah banyak disita, tapi..
Mungkin ketika dikonfirmasi, Polisi akan berkata, “akan kami proses..!” Atau jika lebih disudutkan, kemana aja selama ini, mungkin (mungkin lagi) mereka berkata, “masa kami harus mengawasi rumah Bapak, rumah warga sektor sini tiap malam..! kami juga kan banyak tugas yang lain..!”
Sebenarnya saya ingin bertanya, “tugas lain yang kayak gimana? Polisi-polisi di Polsek itu tugasnya apa?” Jarang sekali melihat mereka patroli dengan motor dan mobil barunya, apa mungkin saya kurang nongkrongin jalan..?
Oh ya, tapi kalo lagi musim duren, tuh mobil dinas jadi sering lewat, biasanya sih menuju daerah Gunung Sari atau daerah Kopi. Dan saya lihat ada juga beberapa mobil dinas dari instansi yang lain, masih lengkap dengan seragam pula.
Takut Ditodong, Dirampok, Dsb, Jika Sedang Dalam Perjalanan
Kadang, saya itu kemana-mana bawa golok. Tapi ya itu tadi, takut kayak Burhan, temen saya yang dianggap kriminal. Jika saya bawa golok dan sedang naik motor dan dirampok, saya bisa beladiri. Kecuali jika Si Perampok bawa senjata api rakitan/bukan rakitan, mampus saya!
Tapi jika waktu saya bawa golok kena sweaping polisi, mampus juga saya, saya dianggap kriminal, pasti dipermak!
Macam-macam Polisi
Polisi koq menyamaratakan masyarakat yang harus dilindunginya dengan penjahat ya..? Tanpa adanya praduga tak bersalah, tapi ngusut kasus dengan asal maen permak aja!
Polisi juga kan gak mau disamaratakan dengan temennya yang terlibat kasus narkoba, pelecehan seksual, maupun yang terlibat suap. Padahal polisi punya seragam yang sama, masyarakat kan enggak.. Kenapa sih polisi yang udah senior itu gemuk-gemuk, terutama perutnya yang buncit..? Apa kurang olahraga? Gimana ngejar penjahatnya tuh? Malu kan? Ngatur lalulintas aja nanti baru beberapa menit udah kecapean.. Padahal, polisi-polisi yang baru lulus dari akademi itu tubuhnya kecil-kecil dan lucu-lucu.
Sekarang ada banyak ya macamnya polisi..? Ada Polantas, PJR (eh,Polantas dengan PJR sama gak ya..?), Polwan, Pol. PP, dan polisi lainnya yang tidak bisa sebutkan satu persatu, misalnya polisi doyan judi, polisi doyan fly, dan polisi.. eh maaf keterusan...
Tapi yang secara kasat mata, saya cuma tahu 3 perbedaan polisi, yaitu Polwan, Polisi, dan Pol. PP. Tapi saya gak tahu mereka itu tugasnya ngapain. Yang nguber penjahat biasanya gak pake seragam, rambut gondrong, tampang kayak preman. Yang ngatur lalu-lintas dan nilang-menilang biasanya pake seragam.
Oke? Tar disambung lagi.. pada kesempatan ini cukup sampai disini aja nih tulisan. Tetep tune-in nih blog ya.. pokoknya bakal ada yang baru terus deh.. Sampai jumpa di episode berikutnya.
“Selamat pagi, eh siang, eh malam, eh selamat ditilang.. mau disidang apa damai saja? Terserah.. masalahnya surat tilang sudah ditanda-tanganin..! Kena tiga pasal nih!”
No comments:
Post a Comment