Monday, March 24, 2008

SAKROTUN AL-MAUUTIN

Serem banget ya judulnya..? Ayo kita merenung, dan simak dulu deh ni tulisan.. Semoga bermanfaat.
Ketika sesuatu—makanan atau minuman—masuk dari mulut dan keluarnya dari mulut juga, itu akan menjadi sesuatu yang menyakitkan. Muntah karena masuk angin, mabuk perjalanan ataupun karena mabuk miras (minuman keras) semuanya menyakitkan dan suatu penyakit. Saya yakin, anda pasti pernah mengalami salah satunya, salah duanya, ataupun ketiga-tiganya, mungkin!
Sepulang dari kelas menulis Rumah Dunia, sekitar pukul 21.30 baru nyampe rumah. Di perjalanan udah terasa mual, cuma ditahan. Pas nyampe rumah langsung menuju kamar mandi, yap, muntah itu memang sakit! Rasanya perut saya jadi tipis, semua yang diperut keluar semua. Selesai dengan kejadian itu semua, saya lapar, terus makan dan langsung tidur. Menyakitkan. (ini bukan bermaksud cerita jorok lho..).
Saya jadi teringat pada kejadian ketika manusia dicabut nyawanya, mulutnya pasti terbuka dan terlihat kesakitan (apa setiap mayat pasti mulutnya terbuka..!?). timbul pertanyaan dalam diri saya, apakah nyawa itu dimasukkan lewat mulut dan dicabut lewat mulut pula..? (maklum kagak tau..).
(21.40/240705)
Taufik Munir [KotaSantri.com] Langkah-langkah Setelah Kematian, Beliau bilang begini; Banyak yang tahu, sebagian ada yang tidak tahu. Tapi tidak perlu tahu, karena semua orang akan mengalami.

Dari sumber yang otentik, Quran dan Hadis:
langkah-langkah kehidupan manusia sejak di dunia hingga ke alam lain. Hasbunallahu wa ni'mal wakiil!


MU'MIN

1.  alam Dunia
2.  alam Kubur
3.  meniupkan badan
4.  Hari Kebangkitan
5.  Alam Syafaat      | Alam Mahsyar
6.  Dihisab           | Alam Mahsyar     
7.  Pembagian kitab   | Alam Mahsyar
8.  Mizan/Timbangan   | Alam Mahsyar
9.  Lembah            | Alam Mahsyar
10. Ujian keimanan    | Alam Mahsyar
11. Melewati Jembatan
12. Melewati lengkungan
13. Surga

Ket: Dari no. 5 hingga no 10 adalah alam Mahsyar.

KAFIR

1.  alam Dunia
2.  alam Kubur
3.  meniupkan jasad
4.  Hari Kebangkitan
5.  Alam Syafaat      | Alam Mahsyar
6.  Dihisab           | Alam Mahsyar
7.  Pembagian kitab   | Alam Mahsyar
8.  Mizan/Timbangan   | Alam Mahsyar
9.  Neraka

Ket: Dari no. 5 hingga no 8 adalah alam Mahsyar.


MUNAFIQ

1.  alam Dunia
2.  alam Kubur
3.  meniupkan badan     
4.  Hari Kebangkitan
5.  Alam Syafaat      | Alam Mahsyar
6.  Dihisab           | Alam Mahsyar
7.  Pembagian kitab   | Alam Mahsyar
8.  Mizan/Timbangan   | Alam Mahsyar
9.  Ujian keimanan    | Alam Mahsyar
10. Neraka

Ket: Dari no. 5 hingga no 9 adalah alam Mahsyar.

Yup, semua kematian itu menyakitkan, bahkan Rosulullah sendiri tak luput dari rasa sakit kematian. Tapi, ada suatu siasat yang khusus untuk orang-orang shaleh. Seperti pada saat Rosulullah meninggal, semua Malaikat datang, memberikan keindahan dan kedamaian.
Keindahan dan kedamaian akan membius hingga dapat mengalihkan rasa sakit. Malaikat akan membuka sayap sebelah kanannya dan memperlihatkan surga, sehingga akan terbuai dan tak sadar malaikat maut tengah mencabut nyawa. [tac-200308].

Tuesday, March 11, 2008

BELI KERTAS, APA BELI ISI?

Masuk ke toko buku, gatel deh..!

Hardcover itukan mahal, mending kalau isinya keren, coba yang asal, murahan, rugi banget tuh beli buku. Covernya sih keren tapi..

Kalau saya, beli buku itu mendingan beli isinya—kualitas tulisan—daripada beli kertas. Gak penting masalah kertas dan covernya, yang penting itu kualitas tulisannya, keren apa kacangan. Coba kita renungkan, membeli buku adalah sama dengan membayar penulis + membeli kertas plus cover + biaya produksi lainnya dan pajak. Membayar penulis dan biaya produksi lainnya dan pajak tidak bisa di tekan/diturunkan, hanya biaya kertas plus cover saja yang bisa ditekan, jadi akan semakin mahal saja harga sebuah buku jika biaya kertas dan covernya tinggi. Coba jika memakai kertas buram—doorslag misalnya, dengan cover yang sederhana—soft, bukan hard—mungkin biaya produksi dapat ditekan.

Memang, memakai hardcover dan kertas yang kualitasnya bagus (kertas putih 80 gram) itu membuat buku lebih awet. Sedangkan kertas buram dan softcover itu cepat lecek dan rusak. Tapi, tergantung pemakaiannya dong! Rajin apa jorok, iya kan? Daripada pakai hardcover dan kertas yang kualitasnya bagus mending pakai softcover dan kertas buram yang disampul plastik, lebih hemat.

Mungkin karena basic saya adalah dari keluarga menengah ke bawah, mata keranjang saya terhadap buku itu merupakan penyakit yang menyiksa.

Saya pernah menuntaskan rasa penasaran saya dengan membaca isi buku yang dicetak pada kertas putih 80 gram—kertas dengan kualitas bagus, ternyata isinya sama saja. Saya pikir hardcover dan kertas putih itu hanya politik dagang, agar menarik minat konsumen (marketable) dengan design cover dan kertas yang bagus, tapi tidak berpikir terhadap konsumen yang memikirkan efisiensi, yaitu efisiensi terhadap belanja dan terhadap penggunaan bahan-bahan yang berasal dari alam.

Darimana sih kertas itu? Pasti semua orang sudah tahu. Jika ada yang belum tahu atau masih samar akan saya bahas secara sekilas.

Kebutuhan kertas meliputi kertas budaya dan kertas industri. Yang termasuk kertas budaya misalnya kertas tulis, kertas cetak, kertas koran dan lainnya. Dan yang termasuk kertas industri misalnya kantong semem, kardus, tissue dan lainnya.


Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas.

Bahan dasar pembuat kertas adalah selulosa, suatu produk fotosintesa tumbuh-tumbuhan yang berarti bahwa produksi kertas menggunakan bahan baku yang dapat diperbaharui. Selulosa ini adalah polisakarida (C6H10O6) yang berupa serat dan berwarna putih (n = 250 - 150).

Atas dasar kelarutannya dalam NaOH 17,5 %, dikenal tiga jenis selulosa yaitu:

  1. - selulosa tidak larut dalam pelarut tersebut pada 20oC

  2. selulosa larut dan mengendap lagi bila ditambah dengan asam

  3. - selulosa larut dan mengendap bila ditambahkan alkohol


Bahan pembuat kertas adalah – Selulosa, sedangkan yang larut ( – Selulosa, – Selulosa, Pentosa, Heksona dan lainnya) disebut semi selulosa.

Sifat kimia dari selulosa sesuai dengan gugus aktif alkohol yang dimilikinya (dapat mengalami oksidasi) dan derajat polimerisasinya (panjang serat). Makin panjang rantai selulosa makin kuat dan tahan degradasi baik secara panas, kimia maupun biologis. Sedangkan sifat fisiknya tergantung dari dimensi serat (panjang rantai 500 – 1000 A, luas 9 A dan tebal 4,7 A), makin panjang rantai maka akan semakin kuat sifatnya.


Proses Pembuat Pulp

Pulping adalah proses untuk memisahkan serat selulosa dari pencampuran lignin dan pentosan serta mengubah bentuk dari bulk menjadi serat atau kumpulan kecil serat yang terpisah. Selulosa terdapat dalam tumbuh-tunbuhan yang bercampur dengan lignin, pentosan, gum, tanin dan lainnya.

Lignin adalah senyawa polimer tiga dimensi, tapi strukturnya belum diketahui, hanya diketahui memiliki cincin aromat dan berbagai macam rumus fungsional seperti hidroksil, karbonil, metoksil, sehingga mudah mengalami degradasi. Karena itulah selulosa harus bebas dari lignin supaya kualitas kertas yang bentuknya tidak berubah warna selama pemakaian.


Proses pembuat pulp dapat dibagi tiga, yaitu :

  • Cara Mekanis:

Cara mekanis (Ground Wood), kayu yang telah dikuliti seratnya dipisahkan secara mekanis sehingga sesuai untuk pembuatan kertas Koran, tissue dan lainnya, dimana kekuatan dan derajat putih kertasnya tidak diutamakan. Cara ini memberikan efisiensi perolehan serat hingga 95 %. Sehingga menurunkan biaya produksinya.


  • Proses Kimia:

Pada proses ini selulosa dipisahkan dari lignin dan bahan non selulosa lainnya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan cara ini diperoleh serat yang lebih putih tetapi yield pulp lebih kecil sekitar 65 – 85 %.

Produk pulp terutama digunakan untuk pembuatan kertas yang lebih kuat dan bersih serta dapat digunakan juga sebagai selulosa bahan penbuat rayon dan turunan selulosa lainnya. Dikenal proses yang bersifat basa (proses soda dan proses kraft) dan proses yang bersifat asam (proses sulfit, proses magnetic dan proses netral sulfat).

Pemilihan proses biasanya dilakukan didasarkan atas dasar bahan baku yang digunakan dan sifat pulp yang digunakan.


  • Proses Semi Kimia:

Pada proses semi kimia, bahan baku dilunakkan lebih dahulu dengan bahan kimia yang berupa larutan-larutan encer sulfit, sulfat atau soda, sehingga proses pemisahan serat selanjutnya dilakukan secara mekanis dan tidak memerlukan energi yang banyak.

Yield proses ini cukup tinggi 85 – 95 %, antara lain dikenal jenis proses soda dingin dan proses semi – ground wood.

Dalam pembuatan pulp di Indonesia banyak digunakan proses soda, dimana bahan kimia yang digunakan adalah NaOH (4 bagian) dan Na2CO3 (1 bagian). Pertimbangan dipilihnya proses ini karena hal-hal berikut:

  1. Cocok untuk bahan baku serat pendek seperti jerami

  2. Tidak menggunakan senyawa sulfur, sehingga mengurangi terjadinya polusi dan tidak perlu recovery bahan kimia dari limbah

  3. Kapasitas ekonomisnya kecil 25 – 50 ton perhari dan ongkos operasinya murah

Nah, dari pulp inilah kertas dibuat. Pulp akan di cetak dan diproses sesuai dengan tujuan pembuatan kertas, apakah untuk kertas koran, hvs, kertas tisu atau lainnya.

Yang menjadi masalah adalah, pemanfaatan kayu bukan untuk kertas saja, tapi juga untuk keperluan lainnya, terutama untuk bangunan dan furniture. Untuk bangunan sendiri, seandainya belum ditemukan rangka atap dan jendela-pintu dari baja/alumunium, bisa dibayangkan bumi ini akan botak tak punya pohon. Mungkin saja Kebun Raya Bogor akan menjadi lapangan bola atau golf.

Jadi, sebagai orang yang mencintai buku yang berwawasan lingkungan (mencintai hutan), ceileeehh.. Mari bersama kita minimalisir pohon-pohon yang dijadikan kertas dan buku, kita reformasi tatanan kehutanan kita, karena hutan di negara ini sudah sedikit, hilang di kantong orang-orang tak beradab. Apakah kita juga sebagai manusia, atau orang-orang yang mencintai buku, hidup dari dan dengan buku, menjadi orang-orang tak beradab dengan menghamburkan kayu-kayu kita? Cukuplah kiranya jadi kutu buku daripada kutu hutan.

Hehehe.. Sekarang kalo masuk ke toko buku jadi gak gatel lagi, tapi seperti melihat ratusan pohon-pohon yang pindah dari habitat aslinya, dan jual tampang dipajang pada rak-rak dan etalase-etalase toko buku layaknya para peraga busana. [tac-2006, salah satu sumber diambil dari tugas mata kuliah proses industri kimia]


==================================
ketika dalama komunitas yang besar kamu tidak merasa puas, maka buatlah komunitas sendiri. jika itu hal yang baik pasti ada hal yang lebih baik, tapi yang penting adalah berani aja dulu..
tac_project adalah bad company in the community.

Monday, March 03, 2008

BLOG yg lain

Salam,
kunjungi juga BLOGku yang lain di http://tac-reverse.blogspot.com/

tetap Semangat!

{ketika dalama komunitas yang besar kamu tidak merasa puas, maka buatlah komunitas sendiri. jika itu hal yang baik pasti ada hal yang lebih baik, tapi yang penting adalah berani aja dulu..
tac_project adalah bad company in the community}

E. M. B. E. R.


Ember. Tahu kan apa itu ember? Ember itu tempat nampung aer, ato buat apa aja deh. Ya nyuci, ngepel, mandi, jadi tempat sampah, ah.. apa aja deh! Up 2 u, yang pasti, namanya wadah tuh pasti bermanfaat. Cuman, ember tuh bibirnya guede banget, kalo udah banyak aer yang ditampung, pasti aernya bececeran ke mana-mana. Luber. Becek deh akhirnya! Apalagi kalo kesenggol, tumpah. Byurrr..! Basah deh ke mana-mana.
Menyikapi orang yang “ember” tuh pusing gak pusing. Kalo ada apa-apa, dia—orang yang “ember”—tuh suka ngumbar-ngumbar ceritanya, entah apa yang terjadi sama dirinya ato orang laen. Curhat, ato mungkin sebangsa ngeluh. Aku tuh punya temen yang kayak gitu.
Jadi, wibawanya jatuh karena orang-orang udah pada tau siapa dia, baik-buruknya dia, en apa aj yang dia lakuin. Emangsih, sisi positifnya dia tuh jujur sama dirinya sendiri dan orang laen. Orang laenpun mau menerima dia apa adanya. Beda dengan orang diam yang selalu menyimpan banyak misteri (Mak Lampir, Rahasia Illahi.. Jemangnya sinetron!) selalu memendam sesuatu. Banyak juga kan kasus bunuh diri karena depressi? Ia merasa tertekan karena gak kuat nenggung masalah sendirian. Orang laen mana tau dia mau succieded alias bunuh diri. Orang dianya gak pernah cerita, tapi mana ada ya orang yang mau bunuh diri bilang-bilang dulu.. J
Susah, kan..? Kalo kita cerita-cerita, maka beban kita agak berkurang, secara spiritual, dan kita dapet masukkan-masukkan dan solusi buat masalah kita itu, tapi..
Tapi, nanti kita disebut ember itu tadi. Semua tumpah kemana-mana, yang seharusnya “ke mana?”. Its ok, yang penting bagaimana caranya kita menyampaikan curhatan kita dan pada siapa kita sampaikannya. Masa sama orang baru ketemu di jalan kita langsung curhat.. L
Ada istilah yang sudah umum banget, yaitu “mulutmu harimaumu”. Pasti semua orang udah pada tau apa maksud yang terkandung dalam istilah tersebut. Yup, dari sekedar curhat tentang masalah kita sendiri ke temen kita, nanti takutnya—ketika curhat masalah kita selesai—melebar ke arah gosip-menggosip. Atau ternyata, masalah yang ingin kita curhatin adalah tentang kebencian kita terhadap orang laen.. Jangan-jangan nanti nimbulin fitnah! Wah, wah.. na’udzubillahiminzalik!
Om Imam Samudra di buku “Aku Melawan Teroris!”nya, Pada bab “Ujian Itu Pasti, Sabar Itu Pilihan” halaman 218, mengatakan bahwa bersabar ialah: menahan jiwa dari gelisah dan resah, menahan lisan dari keluh dan kesah, dan mengaduh dan menahan raga dari kacau dan galau. Beliau juga mengulas tentang jihad itu harus bersabar, sesuai dengan AlQuran surat Al-Anfal ayat 65-66, karena beliau adalah seorang mujahid yang nyata.
“Ujian itu pasti, sabar itu pilihan”, sadar gak sih, bahwa sesungguhnya tubuh kita, termasuk mulut, dan semua yang ada di muka bumi ini adalah suatu pelajaran dan suatu ujian? Yah, daripada curhat yang enggak-enggak ke temen, dan akhirnya bergosip-gosip ria mendingan kita bersabar dan ikhlas. Mending kita curhat sama Sang Pencipta.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Tac-feys]


Thursday, February 21, 2008

YIN-YANG

(salah lagi, lagi-lagi salah!)

Manusia diibaratkan dengan sebuah lingkaran dengan dua warna yang seimbang, yaitu warna hitam dan putih. Di dalam warna hitam ada setitik warna putih, dan di dalam warna putih ada setitik warna hitam. Artinya, jika seseorang itu jahat, maka masih ada kebaikan di dalam dirinya, dan jika seseorang itu baik, maka di dalam dirinya tersimpan sebuah kejahatan. Tak ada yang sempurna dalam suatu kebagusan, dan tak ada yang sempurna dalam suatu kejahatan. Atau, manusia bisa dikatakan sempurna karena memiliki kejahatan dan kebaikan sekaligus. Kurang lebih begitu yang simpulkan filsuf Cina di masa lalu.
Tak aneh jika kita menemukan seseorang yang jahat—penjahat, tapi dia punya batasan-batasan tertentu dalam melakukan kejahatannya, atau bahkan akhirnya dia sama sekali tobat. Atau kebalikkannya, ada seseorang pemuka agama yang melakukan perbuatan asusila dan amoral. Tak penting, yang penting di akhir hayat adalah kita bisa melakukan perbaikkan-perbaikkan terhadap kesalahan-kesalahan tersebut. Jangan sampai mati konyol. Mati yang tidak diridhoi.
Orang yang bijak adalah; jika dia sering melakukan kesalahan, maka dia tidak akan pusing memikirkan kenapa dan kenapa dia berbuat salah, kemudian berlarut-larut terpuruk menyesali kesalahannya. Orang yang bijak adalah; dia memikirkan kenapa dia berbuat salah dan menambal kesalahannya tersebut agar tidak terulang kembali. Memang sih, jika first time melakukan sesuatu, maka itu akan menjadi bayang-bayang abadi sepanjang hidup. Apalagi suatu kesalahan, mungkin akan jadi trauma yang lumayan berkepanjangan dan akan terus berkelebat sepanjang hayat.
Analoginya begini, jika kebenaran bisa dilakukan berulang-ulang dan banyak, tentu saja kesalahan juga begitu. Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, bukan? Ada kebenaran, pasti juga ada kesalahan. Timbulnya kebenaran biasanya akibat dari adanya kesalahan. Penelitian-penelitian yang dilakukan para ilmuwan juga tidak langsung jadi, mereka melakukan kesalahan-kesalahan dulu, sehingga terus berinovasi hingga menghasilkan sesuatu yang bagus. Belajar dari pengalaman.
Ya, belajar dari pengalaman akan membuat seseorang bijak. Jika dia tidak egois dan sakit hati dalam menyimpulkan pengalamannya. Rasa dendam terhadap pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkannya akan membuatnya menjadi seseorang yang selalu berpikir negatif terhadap segala hal, dan merasa selalu tidak puas. Bukankah rasa tidak puas terhadap sesuatu yang didapat itu tanda dari orang yang tidak bersukur? [tac]

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang." (QS. Al-Mulk, 67:3)